Minggu, Mei 09, 2010

cara obama selamatkan amerika

Toledo – Pucuk dicinta, ulam tiba. Kekuatan Barack Obama dalam isu ekonomi, bertepatan dengan munculnya krisis finansial Amerika. Kini, dia datang dengan ide moratorium 90 hari. Langkah Obama makin mulus menuju Gedung Putih.

Menurut Obama, moratorium ini adalah langkah sigap untuk mengatasi krisis ekonomi AS. Dalam konsepnya, moratorium 90 hari ini antara lain pencabutan hak menebus utang di sejumlah bank pada kredit rumah dan pembebasan pajak selama dua tahun bagi usaha yang menciptakan lapangan kerja baru. Obama juga mengusulkan publik boleh menarik dana hingga US$ 10 ribu dari dana pensiun mereka tanpa dikenakan penalti selama dua tahun ini.

Sebuah ide yang mahal. Selama dua tahun, proposalnya ini bisa menelan anggaran hingga US$ 60 miliar. Tapi, menurut Obama, itu akan efektif untuk menghidupkan kembali sektor finansial dan ekonomi AS. Kebijakan ini bisa diloloskan melalui kekuatan pemerintah sebagai regulator atau lewat lembaga legislasi di Kongres AS setelah Pemilu berlangsung.

“Saya mengusulkan sejumlah langkah yang bisa diambil secepatnya untuk menstabilisasi sistem finansial kita, membantu sejumlah keluarga, komunitas dan pemilik rumah yang bermasalah. Ini rencana yang dimulai dengan satu kata yang ada pada pikiran setiap orang. (Kata) itu dieja J-O-B-S,” tegasnya menyebut ihwal penyediaan lapangan kerja.

Usulan Obama, Senin (13/10), muncul dua hari sebelum debat kandidat presiden yang terakhir kali, Rabu (15/10). Strategi ekonominya ini disampaikan di Toledo, sebuah wilayah kerah biru yang bisa jadi titik penting Obama menuju Gedung Putih.

Dalam sudut pandang ekonomi, Obama dan kandidat Partai Republik, John McCain, menyampaikan pesan yang hampir selalu berbeda. McCain, menurut penasihat kampanyenya, Lindsey Graham, justru sedang memikirkan proposal penurunan pajak investasi, termasuk kemungkinan pemotongan pajak keuntungan. Hanya, dia tak memberikan cara pandang ekonomi yang berubah dari kebijakan Presiden George W. Bush yang terbukti meluluhlantakkan perekonomian AS.

Juru bicara McCain, Tucker Bounds, sebelumnya menuding rencana Obama menaikkan pajak, bisa menghancurkan ekonomi yang sudah bermasalah. Padahal, rencana menaikkan pajak itu hanya akan diberlakukan Obama terhadap 5% warga AS yang berpenghasilan lebih dari US$ 250 ribu setahun.

Usulan Obama tentang moratorium 90 hari merupakan tambahan dari kebijakan ekonomi yang akan diambilnya jika terpilih nanti. Sebelumnya, dia sudah mengajukan pandangan lain untuk mengatasi persoalan di lantai bursa, institusi keuangan, dan kredit ketat yang membuat ekonomi AS guncang.

Obama juga mendukung rencana bailout sektor keuangan sebesar US$ 700 miliar. Dia juga mengajukan pandangan agar pemerintah membeli kepemilikan bank besar dan secara parsial menasionalisasinya. Dia juga mengimbau pemotongan pajak bagi kebanyakan keluarga, memotong pajak pendapatan bagi investasi bisnis dalam skala kecil.

Obama juga mengusulkan bank yang berpartisipasi dalam bailout secara temporer bisa menunda penyitaan terhadap keluarga yang menunjukkan upaya membayar kredit perumahan mereka. “Kita perlu memberi masyarakat ruang untuk menghela napas sehingga mereka bisa berdiri tegak. Jika kita mau jujur, krisis ini terjadi sebagian karena banyak orang hidup di luar jangkauannya, dari Wall Street hingga Washington, bahkan sampai Main Street,” katanya.

Diakui atau tidak, Obama mendapat keuntungan dari krisis finansial AS. Dia menarik perhatian dengan cara pandang ekonominya yang dianggap lebih menjanjikan ketimbang McCain. Ini pulalah yang membuat Obama kini unggul 10 poin atas McCain dalam jajak pendapat terakhir yang dilakukan Washington Post-ABC News. Serangan karakter yang dilancarkan kubu Republik, faktanya, tak bisa menghentikan melonjaknya popularitas kandidat Partai Demokrat ini.

Dalam jajak pendapat itu, Obama mengantongi 53% suara, dibanding 43% untuk McCain. Sejumlah 90% pemilih tercatat di AS mengakui, negara mereka saat ini berada pada jalur yang salah. [I4]


Obama: Saya Tak Pernah Jadi Muslim, dan Tidak Akan Bicara dengan Hamas dan Hizbullah
Obama: Saya Tak Pernah Jadi Muslim, dan Tidak Akan Bicara dengan Hamas dan Hizbullah
Demi menjadi presiden Amerika Serikat, para kandidat presiden Amerika tak segan-segan menjual diri mereka pada Israel dan masyarakat Yahudi Amerika, dengan mengatakan bahwa mereka adalah sahabat Israel dan akan selalu mendukung Israel meski dunia tahu negara Zionis itu hingga kini masih menjajah tanah Palestina. Salah seorang kandidat presiden AS yang berulang kali menyatakan akan mendukung Israel dengan cara apapun adalah Barack Obama. Bahkan untuk menarik simpati kalangan Yahudi Amerika, Obama menyatakan bahwa ia tidak pernah menjadi seorang Muslim dan ia tidak akan pernah mau membuka dialog dengan Hamas dan Hizbullah. Obama mengungkapkan hal tersebut saat berkampanye di depan masyarakat Yahudi AS di Sinagog Boca Raton, utara Miami. Dalam kampanye itu Obama juga mengatakan bahwa ia adalah sahabat Israel dan akan selalu mendukung Israel "Meski saya menawarkan dialog dengan para pimpinan Iran, bukan berarti saya tidak mengakui Iran sebagai ancaman bagi negara Yahudi, bukan berarti saya tidak pro-Israel, " kata Obama. Obama bahkan menyebut Bush tidak banyak melakukan tindakan untuk membantu Israel dan pemerintahan Bush, hanya membuat kelompok Hamas di Palestina dan Hizbullah di Libanon makin kuat. "Sebagai presiden, saya akan melakukan apapun dengan kekuasaan saya untuk menghentikan Iran dari upaya mengembangkan senjata nuklir dan memaksa Iran untuk berhenti mengancam Israel, " kata Obama. Sejumlah masyarakat Yahudi AS mengatakan, jika mereka memilih Obama, yang terpenting adalah dukungan Obama terhadap Israel. "Saya pikir komandan tertinggi kita sudah selayaknya tidak mengusulkan dialog dengan seseorang yang menyerukan penghancuran terhadap Israel, " kata seorang Yahudi Amerika Stephen Lippy. Lippy melanjutkan, "Sebagai Yahudi, akankah saya memiliki orang kulit hitam? Tentu saja. Tapi... yang penting buat saya, presiden negara ini harus menegaskan dukungannya pada Israel dan sekutu-sekutu kami di Barat." Di halaman parkir sinagog, sejumlah orang membagikan kertas berisi tulisan bahwa Obama pernah menjadi seorang Muslim. Namun Obama menolak tulisan di selebaran itu.

0 comments:

Posting Komentar